Sejarah Kasongan
dimulai dari seorang yang bernama Abdul
Raup atau juga disebut Kyai Song. Kyai Song ini dikuburkan di desa Kasongan
ini, sehingga desa ini bernama Kasongan. Di desa ini awalnya penduduknya adalah
seorang petani, namun pada suatu hari seorang petani menemukan tanah yang unik
saat bekerja. Tanah itu tidak hancur saat dilempar atau dijatuhkan. Lalu
seorang dari desa tersebut mengolahnya menjadi alat-alat yang berguna seperti
sendok, garpu, guci dan bahan berguna lainnya. Akhirnya semua penduduk desa
tersebut belajar menjadi pengolah tanah liat tersebut. Beberapa orang yang tidak bisa mengolahnya
akan membeli hasil olahan tanah liat tersebut. Desa Kasongan awalnya adalah 2
RT yang terus berkembang menjadi 6 RT. Desa Kasongan terus berkembang hingga
sekarang menjadi 2 pedukuhan.
‘
Kasongan mulanya merupakan tanah
pesawahan milik penduduk desa di selatan Yogyakarta. Pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia, di
daerah pesawahan milik salah satu warga tersebut ditemukan seekor kuda yang
mati. Kuda tersebut diperkirakan milik Reserse
Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang memiliki
tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian tidak
diakuinya lagi. Ketakutan serupa juga terjadi pada penduduk lain yang memiliki
sawah di sekitarnya yang akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena
banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah
tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi
menjadi seorang pengrajin keramik yang mulanya
hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah
tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun,
karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, Kasongan akhirnya menjadi Desa
Wisata yang cukup terkenal.
Sejak tahun 1971-1972,
Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto
Hudoyo membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina
masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan
seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang
dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat
memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi.
Keramik Kasongan dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar
tahun 1980an
Hasil kerajinan dari
gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci dengan berbagai
motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya), pot berbagai ukuran
(dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa), souvenir, pigura, hiasan
dinding, perabotan seperti meja dan kursi, dll. Namun kemudian produknya
berkembang bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang perabotan dari
bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Hasil kerajinan tersebut
berkualitas bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika.
Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke
Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment