Saturday, September 25, 2010

Berlibur ke Jogja 1

Sabtu pagi, mama membangunkan kami (saya, Anne dan Joyce), dan yang sangat mengejutkan kami adalah mama mengajak kami berlibur ke Jogja. Ini adalah liburan pertama kami ke Jogja. Kami tidak punya waktu banyak karena travel yang dipesan mama berangkat pukul 07.00 pagi.

Anne menangis, karena hari ini adalah Sabath ke 13 dan dia harus ke gereja.

Dari rumah, kami berangkat menggunakan taksi menuju tempat travel Cipaganti di Semarang Atas, yang akan mengantar kami menuju Jogja. Kata mama, dari Semarang ke Jogja itu menghabiskan waktu sekitar tiga jam perjalanan.

Tiba di Jogja pukul 11.00 siang, perjalanan menjadi terlambat karena Joyce sering kali minta berhenti untuk mencari toilet. Maklum adik bungsu saya itu sering kali beser dan punya hobi absen di toilet manapun dia berada, hehehe..

Di Jogja, kami langsung menuju Bandara Adisutjipto, yang terletak di Maguwo. Di bandara ini kami menjemput Om Gentry. Tidak lama menunggu, Om Gentry pun sudah terlihat di pintu keluar kedatangan, Anne dan Joyce berada pada barisan paling depan menyambut Om Gentry.

Sambil menunggu Anne dan Joyce yang sedang ke kamar kecil, saya, mama dan Om Gentry menunggu di XO kafe yang berada persis di sebelah toilet tersebut.

Kami pun memesan tiga porsi besar nasi rawon untuk mengganjal perut kami yang sedari pagi tadi belum sempat diisi, banyak makanan dalam menu. Saya memesan minuman es milo, Anne memesan milo hangat, Joyce memesan minuman jeruk hangat, mama memesan air jeruk nipis hangat dan Om Gentry memesan teh hangat

Berkunjung ke Museum Dirgantara Mandala
Usai mengisi perut, kami pun beranjak keluar dari area Bandara Adisutipto. Kebetulan jarak dari ruang penumpang ke pintu keluar hanya 150 meter saja. Di depan pintu keluar kami pun naik taksi Rajawali dan langsung meluncur ke museum Dirgantara Mandala.

Wah seperti apa ya bentuk dan isi museum Dirgantara Mandala itu ya, benar-benar bikin penasaran. Setibanya di Kompleks Lanuma Adisutjipto, Om Gentry melapor ke petugas piket jaga yang sangat ramah. Kata Om Gentry mereka adalah tentara Angkatan Udara.

Sebelum masuk kami harus membayar tiket masuk seharga Rp 5000. Di pintu masuk areal museum kami disambut dengan pesawat amphibi berwarna biru keabu-abuan, yakni pesawat yang bisa mendarat di danau dan juga permukaan air lainnya.

Kata Om Gentry, pesawat Catalina ini buatan Amerika Serikat saat Perang Dunia II, sungguh membuat rasa penasaran saya semakin bertambah karena bagian bawah pesawat itu dirancang mirip dasar sebuah perahu. Kami pun berfoto ria di bawah pesawat Amphibi ini.

Selain PBY 5 Catalina, di halaman luar museum ini dipamerkan juga pesawat amphibi lainnya jenis UF-1 Albatros. Di Angkatan Udara, pesawat amphibi biasanya digunakan sebagai pesawat patroli pantai dan tergabung di dalam skadron udara 5.

Selain Catalina dan Albatros ada juga pesawat pembom strategis jarak jauh jenis TU-16 KS, pesawat ini adalah pesawat pembom buatan Uni Sovyet (Rusia) yang mendapat julukan "Badger" atau si tukang bakul.

Di Angkatan Udara kita, pesawat pembom ini masuk didalam skadron udara 41 dan skadron udara 42 yang berpangkalan di Lanuma Iswahyudi, Magetan. Wah gagah sekali ya, saya baru tahu jika Angkatan Udara kita pernah memiliki pesawat pembom yang ditakuti di seluruh kawasan Asia Tenggara dan Australia.

Oh ya teman-teman, di bagian ekor pesawat pembom ini ada meriam tembaknya lho, demikian pula di bagian atas dan bagian perut pesawat ini ada meriam dari kaliber 12,7mm.

Meriam ini, kata Om Gentry biasa digunakan untuk menghalau pesawat tempur musuh yang berusaha mendekati pesawat pembom kita. Saya pun berfoto dengan meriam tembak yang ada di bagian perut pesawat, dan untuk mencapainya, saya terpaksa menjinjitkan kaki agar bisa menyentuh moncong meriam itu, hehehe..

Tepat di depan pintu masuk gedung Museum Dirgantara Mandala ini, kami menjumpai pesawat tempur A-4 Sky Hawk, yang masuk dalam jajaran skadron udara 11 dan skadron udara 12 yang semuanya berpangkalan di Lanuma Iswahyudi, Magetan, Jawa Timur.

Pesawat tempur buatan Amerika ini merupakan pesawat tempur yang pernah digunakan Angkatan Laut Amerika di dalam perang Korea dan Vietnam dulu. Sky Hawk juga menjadi pesawat tempur yang digunakan di atas kapal induk.

Sementara di belakang pesawat tempur Skyhawk ini dipajang pula peluru kendali (rudal) darat ke udara jenis SA-75 buatan Rusia (Uni Sovyet), bentuknya mirip sekali dengan roket yang biasa digunakan untuk mengorbitkan satelit ke luar angkasa. Saat kami berfoto di rudal ini, Joyce bergaya memasukan kepalanya kedalam lubang knalpot rudal ini,..


Di dalam gedung museum ini, di ruang utama, kami disambut oleh foto dan patung para perintis AURI dulu, selain Komodor Udara Suryadharma ada juga patung dan foto Komodor Udara Agustinus Adisutjipto, Komodor Udara Abdul Rahmah Saleh, Komodor Udara Iswahyudi, Komodor Udara Halim Perdanakusuma dan Komodor Udara Adi Sumarmo.

Mama meminta saya berfoto di samping foto bapak Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) Komodor Udara Suryadarma. Untuk mengenang jasa-jasa beliau maka TNI AU mengabadikan nama beliau menjadi nama pangkalan udara (Lanud) di Subang, Kalijati, Jawa Barat, menjadi Lanud Suryadarma. Selain itu nama Suryadarma juga digunakan sebagai nama universitas milik TNI AU di Lanuma Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Teman-teman, di ruang kedua yang kami masuki ada replika pesawat terbang pertama buatan bangsa Indonesia. Pesawat ini dirancang bangun oleh para pejuang AURI di tahun 1947 - 1948. Dibuat dari bahan kain blacu yang dipakai untuk membungkus badan dan sayap pesawat serta ditambah dengan mesin motor besar jenis Harley Davidson.

Kata Om Gentry, pesawat yang diberi kode WEL-1 atau RI-X ini dirancang bangun oleh pahlawan teknologi Dirgantara Indonesia yakni, Wiweko Soepono, Noertanio Pringgoadisoerjo dan Joem Soemarsono di Gudang Kapuk (sekarang SMP 2 Magetan), Magetan, Jawa Timur. Para perintis teknologi Dirgantara ini tergabung dalam kesatuan Tentara Republik Indonesia Angkatan Oedara (TRI-Angkatan Udara).

WEL-1 merupakan singkatan dari Wiweko Experimental Lightplane atau pesawat ringan percobaan Wiweko. Sedangkan RI-X merupakan kode atau tanda. RI singkatan dari Republik Indonesia dan X merupakan singkatan dari Experimental atau percobaan. Tidak heran jika dibuat sangat sederhana.


Lalu kami mempelajari sejarah pesawat saat perang jaman dahulu misal, pesawat Dakota VT-CLA milik pengusaha India yang bernama Patnaik, Pesawat Dakota ini ditembak pesawat P-40 Kitty Hawk Belanda saat membawa bantuan kemanusiaan dari Malaysia ke Indonesia dan akhirnya jatuh di Jogja dengan sisa setengah badan pesawat.

Peristiwa yang terjadi pada 29 Juli 1949 ini mengakibatkan tiga orang gugur yaitu Adi Sutjipto, Abdul Rahman Saleh dan Iswahyudi. Peristiwa ini kemudian dikenang sebagai Hari Bhakti TNI AU.

Lalu pesawat Harvard yang digunakan untuk latihan terbang TNI/AU dan masih banyak lagi yang kami pelajari disana

usai melihat-lihat dengan puas kami pulang menaiki taksi ke hotel Gloria Amanda dan pesan kamar bernomor kamar 222 karena ada angin kencang .Setelah dari museum dan pesan kamar di hotel kami tidur siang sampai jam 5

Saat malam kami makan sate di warung dekat hotel Gloria Amanda, kami memesan 30 tusuk sate ayam dan lima tusuk sate kambing. Usai makan malam kami berjalan kaki menuju ke keraton jogja tapi setelah sampai disana ternyata keraton sudah tutup.

Sebelum pulang kami minum ronde di angkringan Malioboro, untuk menghangatkan badan karena saat itu hari hujan. Setelah kami minum, kami naik becak untuk pulang ke hotel. Sampai di hotel kami sikat gigi dan berdoa sebelum tidur lalu kami semua tertidur lelap.

No comments:

Post a Comment