Bab 2
Dalam
pelajaran Jawa Kuno diajarkan, derajat manusia lebih mulia dari malaikat.
Alasannya adalah manusia dibuat dari tanah sedangkan malaikat dari api. Selain
itu berdasarkan Ramayana Jawa Kuno derajat manusia lebih tinggi dari dewa-dewa.
Oleh karena itu biasanya dewa datang hanya sebagai utusan. Tetapi sering kali
dewa-dewa ini mencampuri urusan-urusan duniawi manusia. Sebagai utusan tugas
dewa ini adalah menghubungi manusia lalu kembali ke kahyangan. Kahyangan sering
kali diibaratkan dengan Puncak Himalaya. Pernah suatu kali Pram bermimpi
tentang dirinnya yang sedang berjalan-jalan di rawa-rawa dan tiba-tiba
menemukan ikan bergigi emas, sungguh menyenangkan dan mengejutkan, tetapi
sayangnya hanya sebuah mimpi.
Esok harinya
Pram kembali bekerja. Kira-kira jam sepuluh pagi, Pram mulai mencangkul ladang
untuk menanam jagung. Saat itu matahari cukup terik sehingga membuat orang yang
bekerja pada hari itu cepat sekali kehabisan tenaga. Saat sedang mencangkul,
seseorang memanggil Pram dan 6 orang lainnya untuk menghadap. Salah satu dari
antara 7 orang tersebut terdapat orang yang baru keluar dari opname di rumah
sakit. Mereka diperintahkan untuk pergi ke Unit IV Savanajaya sambil membawa
perlengkapan yang dibutuhkan. Pram pun kembali ke barak untuk mengambil
perlengkapan dan bersiap untuk berangkat. Perjalanan yang harus ditempuh
kira-kira 20 km dan ditambah membawa beban, sudah membuat Pram dan 6 orang
lainnya cukup lelah. Pada jam 1 siang mereka beristirahat di tepi sungai Wai
Apu, kemudian mh. Pada jam 1 siang mereka beristirahat di tepi sungai Wai Apu,
kemudian menyebranginya. Mereka berjalan dan tak terasa sudah melewati beberapa
Unit yaitu, Unit V Wanakarta, Unit II Wanareja, dan Unit XVI Indrakarya.
Rumah-rumah penduduk disana memiliki tiang-tiang dari kayu dan berdinding
gaba-gaba. Saat perjalanan pun mereka sempat tersesat dan mampir ke Unit XIV
Bantalreja untuk meminta pentujuk.
Dan akhirnya
mereka sampai di Unit IV. Pram pun beristirahat dan saat itu terjadi wawancara.\Dalam
wawancara tersebut Pram membela dirinya bahwa dia tidak bersalah atas peristiwa
G30S, dan dirinya dan tapol lainnya di Pulau Buru juga tidak merasa keadilan
dalam proses hukum yang mereka alami. Pram berkata bahwa dia hanya menulis buku
yang rata-rata isinya berkaitan dengan dokumentasi sejarah atau sebuah roman.
Pram berharap pemerintah tidak merusak buku-bukunya karena berguna untuk
kepentingan nasional.
Setalah
wawancara tersebut, datang lagi orang-orang dari Team Psikologi Universitas dan
para perwira tinggi. Dalam wawancara tersebut mereka menanyakan keadaan Pram
selama di Pulau Buru. Selain itu terdapat percakapan dengan seseorang yang
mengaku sebagai teman lama Pram.
Dan Pram bercerita tentang buku-buku yang ia
baca selama di Pulau Buru, salah satunya adalah America terbitan Serikat
Jesuit. Lalu wawancara selesai karena skorsing selesai.
Dalam masa
tahanannya Pram juga sempat menerima surat dari Presiden Soeharto yang berisi
masukan dan doa bagi Pram.
No comments:
Post a Comment